Selasa, 15 September 2015

BAB 1 Sediaan injeksi


         

                                        Sediaan Injeksi





  1. DEFINISI SEDIAAN INJEKSI DAN SEDIAAN INJEKSI

Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain.

 PERSYARATAN SEDIAAN INJEKSI

Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika memenuhi persyaratan,yaitu:
1. Aman
Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek toksik.
2. Harus jernih
Injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat dan benang. Pada umumnya kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan. Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak melepaskan partikel.
3. Sedapat mungkin isohidris
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
4. Sedapat mungkin isotonis
Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil) terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.
5. Tidak berwarna
Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila obatnya memang berwarna.
6.  Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7.  Bebas pirogen
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang mengandung pirogen dapat me-
nimbulkan demam (Voight, 1995 dan Dra. Rr.Sulistiyaningsih, Apt).
 PENGGOLONGAN SEDIAAN INJEKSI

Menurut USP, obat suntik dibagi dalam lima jenis yang secara umum didefinisikan sebagai berikut:
1. Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, disebut injection. (Contoh: Insulin Injection)
2. Bubuk kering atau larutan pekat, tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan lain dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai dengan pemberikan larutan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik disebut Sterile. (Contoh: Sterile Ampicillin Sodium)
3. Sediaan-sediaan seperti dijelaskan di nomor 2 kecuali bahwa  mereka mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau zat penambah lain disebut for injection. (Contoh: Methicillin Sodium for Injection)
4. Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak  untuk disuntikkan intravena atau ke dalam ruang spinal disebut Sterile Suspension. (Contoh: Sterile Cortisol Suspension)
5. Padatan kering, yang bila ditambahkan pembawa yang sesuai menghasilkan sediaan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk Sterile Suspension dan yang dibedakan dengan judul Sterile for Suspension. (contoh: Sterile Ampicillin for Suspension) (Ansel, 1989 danDra.Rr.Sulistiyaningsih, Apt).

Berdasarkan cara pemberiannya, sediaan injeksi dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Injeksi intraderma atau intrakutan
Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit (0,1-0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.
2. Injeksi subkutan atau hipoderma
Injeksi subkutan dimasukkan ke dalam jaringan lembut dibawah permukaan kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus sedapat mungkin isotonis dan isohidris, dimaksudkan untuk mengurangi iritasi jaringan dan mencegah terjadinya nekrosis (mengendornya kulit).
3. Injeksi intramuskular
Injeksi intramuskular dimasukkan langsung ke otot, biasanya pada lengan atau daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air atau minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4. Injeksi intravena
Injeksi intravena langsung disuntikkan ke dalam pembuluh darah, berupa larutan isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena harus bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Injeksi intravena yang diberikan dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
5. Injeksi intraarterium
Injeksi intraarterium dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah perifer, digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1-10 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida.
6. Injeksi intrakardial
Dimasukkan langsung ke dalam otot jantung atau ventrikulus, hanya digunakan untuk keadaan gawat. Tidak boleh mengandung bakterisida.
7. Injeksi intratekal atau subaraknoid
Injeksi intratekal digunakan untuk menginduksi spinal atau lumbal anestesi dengan menyuntikkan larutan ke ruang subaraknoid, biasanya volume yang diberikan 1-2 ml. Tidak boleh mengandung bakterisida dan diracik untuk wadah dosis tunggal.
8. Injeksi intraperitonial
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapannya cepat, bahaya infeksi besar sehingga jarang dipakai.
9. Injeksi intraartikulus
Injeksi intraartikulus digunakan untuk memasukkan material seperti obat anti inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa larutan atau suspensi dalam air.
10. Injeksi subkonjungtiva
Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah mata,  umumnya tidak lebih dari 1 ml.
11.  Injeksi intrasisternal dan peridual
Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari spinalcord. Keduanya merupakan prosedur yang sulit dengan peralatan yang rumit (Depkes RI, 1979 danDra.Rr.Sulistiyaningsih, Apt).

BAB 2 Sediaan serbuk

                                                

                       SEDIAAN SERBUK

                      

PENGERTIAN UMUM

Serbuk secara umum digambarkan sebagai partiker-partikel halus yang merupakan hasil suatu proses 
pengecilan ukuran partikel dari suatu bahan kering. Secara kimia fisik yang dimaksud serbuk adalah
partikel bahan padat yang mempunyai ukuran antara 10000 – 0,1 µm.
Sedangkan dalam farmasimumnya partikel sediaan serbuk berukuran antara 10 -0,1 µm.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yang dimaksud dengan sediaan serbuk adalah 
campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

Jadi secara singkat yang dimaksut dengan sediaan serbuk adalah
suatu sediaan farmasi berbentuk padat dan kering yang merupakan 
campuran homogen dari dua atau lebih bahan obat dengan atau tanpa pengisi/ pembawa serta
 memiliki derajat kehalusan tertentu.



KEUNTUNGAN SEDIAAN SERBUK

Sampai saat ini, bentuk sediaan serbuk banyak digunakan dalam praktek tetap 
dikehendaki oleh dokter karena:

  1. Dapat diberikan campuran bahan obat sesuai dengan kebutuhan setiap individu.
  2. Dapat diberikan dalam dosis yang lebih tepat sesuai keadaan pasien.
  3. Bentuk sediaan serbuk lebih stabill daripada sediaan karena reaksi kimia 
  4. antara bahan-bahan penyusun sediaan atau antara bahan obat dengan atmosfer 
  5. umumnya terjadi lebih lambat dalam bentuk serbuk (kering) daripada bentuk cairan.
  6. Bentuk serbuk mempunyai ukuran partikel kecil sehingga
  7.  memberikan disolusi yang lebih cepat dalam cairan tubuh daripada bentuk sediaan padat lainnya.



KERUGIAN SEDIAAN SERBUK

Selain keuntungan diatas, dalam praktek sediaan serbuk juga mempunyai kerugian, yaitu:

  1. Kurang baik untuk obat yang mudah rusak atau terurai 
  2. dengan adanya kelembaban/ kontak dengan atmosfer.
  3. Bahan-bahan obat yang mempunyai rasa pahit,
  4.  menyebabkan muntah/ mual dan yang korosif sulit diatasi bila  diberikan dalam bentuk sediaan serbuk.
  5. Diperlukan waktu yang relatuf lama untuk meraciknya.



KEUNTUNGAN SEDIAAN SERBUK

Sediaan serbuk yang baik harus homogen dan kering, serta mempunyai derajat kehalusan tertentu.

  1. Homogen dan kering

Yang dimaksut dengan homogen yaitu bahwa pada setiap bagian campuran serbuk 
harus mengandung bahan-bahan yang sama dan dalam perbandingan yang sama pula. 
Homogenitas suatu serbuk dipengaruhi oleh faktor:

·         Ukuran partikel

Apabila suatu bahan halus dicampur dengan bahan lain yang kasar (ukuran partikel kasar), 
maka akan didapat campuran yang berlapis-lapis. Oleh karena itu sebelum dicampur 
ukuran partikel masing-masing bahan harus dibuat sama terlebih dahulu.

Misal: R/ Vitamin C

                  Saccharum album

Vitamin C merupakan serbuk halus, sedangkan Saccharum album atau gula 
berbentuk Kristal, apabila kedua bahan tersebut dicampur, 
sulit didapatkan serbuk yang homogen. 
Untuk mengatasinya sebelum kedua bahan dicampur, gula harus dihaluskan terlebih dahulu.

·         Densitas/ Berat jenis

Apabila suatu bahan yang ringan dicampur dengan bahan lain yang berat jenisnya besar, 
maka akan didapat campuran yang berlapis-lapis. 
Partkel-partikel bahan dengan berat jenis besr enderrung turun ke bawah 
dan partikel-partikel dengan berat jenis kecil cenderung ke atas. 
Untuk mengatasinya bahan-bahan tersebut dicampur dengan 
menggunakan alat Mixing Tumbler atau Poedermengdoos.

                Yang dimaksud dengan kering yaitu bahwa pada sediaan serbuk 
tidak boleh menggumpal atau mengandung air, karena mengandung bahan-bahan 
yang higroskopis atau air yang keluar dari Kristal karena penggerusan (efflorescent
ataupun campuran bahan yang eutektik serta bahan-bahan yang bersifat deliquescent.

  1. Mempunyai derajat kehalusan tertentu

Apabila sediaan serbuk mempunyai partikel sangat halus maka:

-       Sediaan akan menjdi homogen.

-      Disolusi akan semakin cepat dan akan membantu mendapatkan kadar obat dalam darah   
    yang tinggi dalam waktu relatif cepat, serta kemungkinan iritasi saluran cerna yang 
   disebabkan karena konsentrasi lokal obat yang tinggi menjadi kecil,

-      Permukaan serbuk menjadi luas dan mempunyai daya absorbsi yang besar, 
     ini penting untuk serbuk antasida atau diare.

Untuk mendapatkan serbuk dengan derajat kehalusan tertentu, 
maka bahan-bahan atau serbuk diayak dengan ayakan yang sesuai. 
Ayakan dalam farmasi ada bermacam-macam ukuran seperti yang tercaantum 
dalam farmakope-farmakope.

Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm 
dihitung searah dengan panjang kawat. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III 
derajat kehalusan serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak, 
dimana dapat dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor.

a.  Jika dinyatakan dengan satu nomor, artinya semua serbuk dapat melalui pengayak 
    dengan nomor tersebut.

    Misal: Pengayak nomor 85 (setiap 2,54 cm terdapat 85 lubang)

b.   Jika dinyatakan dengan dua nomor, artinya semua serbuk dapat melewat 
    pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.

    Misal: Pengayak nomor 44/85.



MACAM-MACAM SEDIAAN SERBUK:

  1. Serbuk terbagi/ Pulveres

Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, 
dimana masing-masing bagian serbuk dibungkus dengan menggunakan bahan pembungkus 
yang cocok dan digunakan untuk sekali minum.

  1. Serbuk tidak terbagi/ Pulvis

Merupakan serbuk yang diberikan dengan jumlah relatif besar dan digunakan untuk multiple dose
dosis ganda tanpa dibagi-bagi ke dalam dosis tunggal.

Pada umumnya pulvis dibuat untuk sediaan serbuk yang mengandung 
bahan obat yang relatif aman, sehingga pasien dapat mengukur sendiri dalam takaran tertentu, 
misanya dengan menggunakan sendok kecil. Pulvis dapat digunakan untuk obat pemakaian 
dalam maupun pemakaian luar. Sebagai contoh beberapa sediaan serbuk yang digunakan

-          Untuk pemakaian dalam       : Serbuk antasida, serbuk efervecent, serbuk diare.

-          Untuk pemakaian luar           : Serbuk tabor, serbuk gigi, serbuk hisap
                    

BAB 3 Sediaan emulsi


Sediaan Emulsi

Contoh Sediaan Emulsi

EMULSI
(Emulsiones, Emulsa)
 Pengertian
Menurut FI IV, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air (M/A), dan water in oil (W/O) atau air dalam minyak (A/M). Emulsi dapat di stabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang di sebut EMULGATOR atau SURFAKTAN yang dapat mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar-permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi proses emulsifikasi selama pencampuran.
 Komponen Emulsi
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam      emulsi, terdiri atas :
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair  yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi    yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya Corrigen Saporis, Odoris, Colouris, Pengawet, dan anti oksidan.

 Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
   Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak            sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
    Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai     fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
 Tujuan Pemakaian Emulsi
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe O/W.
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak             faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
 Teori Terjadinya Emulsi
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teoi tersebut ialah :
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun.
Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
    Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :
a. Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air.
b. Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak.
3. Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :
a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera.
4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda)
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini.
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.
 Bahan Pengemulsi (Emulgator)
• Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
– Kerja gom sebagai koloid pelindung
– Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
– Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
– Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
– Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
– Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
– Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
– Balsam-balsam.
– Oleum lecoris aseli
b. Tragacanth
c. Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
b. Adeps lanae
3. Emulgator alam dari tanah mineral
a. Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
b. Bentonit
• Emulgator buatan
1. Sabun
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80
 Cara Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :
1. Metode gom kering atau metode continental
2. Metode gom basah atau metode inggris
3. Metode botol atau metode botol forbes
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, untuk pembuatan emulsi yang baik.
1. Mortar dan stamper
2. Botol
3. Mixer, blender
4. Homogenizer
5. Colloid mill
 Cara Membedakan Tipe Emulsi
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
1. Dengan Pengenceran Fase
2. Dengan pengecatan / pemberian warna
3. Dengan kertas saring
4. Dengan konduktivitas listrik
 Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
a. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2
b. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.



BAB 4 Sediaan tablet


                                                                 

         Sediaan Tablet

      



I. Pengertian
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
II. Kriteria Tablet
Tablet yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
  2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
  3. Fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
  4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
  5. Waktu hancur dan lahu disolusi harus memenuhi persyaratan.
  6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
  7. Terbebas dari kerusakan fisik.
  8. Stabilitas fisik dan kimiawi cukup baik selama penyimpanan.
  9. Zat aktif dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
  10. Memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
III. Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan untuk pengobatan memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
  1. Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
  2. Tablet merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.
  3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah dibawa.
  4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim.
  5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
  6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet tidak segera terjadi.
  7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.
  8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
  9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
  10. Bau, rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.
IV. Kerugian Sediaan Tablet
Kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit dibanding keuntungannya. Kerugian sediaan tablet antara lain:
  1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis.
  2. Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.
  3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.
  4. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia.
V. Komponen Utama Tablet
Komponen utama tablet adalah zat aktif, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pengisi, dan bahan pelicin.
Zat aktif yang digunakan dalam pengobatan umumnya merupakan senyawa sintetis kimia, selain itu dapat juga berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan dan hewan). Idealnya zat aktif yag akan diformulasikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel  dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik, sifat alir baik, optimum moisture content, kompresibilitas baik, tidak mempunyai muatan pada permukaan, dan mempunyai sifat organoleptis yang baik.
Bahan pengikat adalah bahan yang merekatkan partikel serbuk satu dengan yang lain sehingga membentuk granul yang spheris setelah dilewatkan melalui ayakan. Dengan adanya pengikat diharapkan bentuk granul akan tetap terutama setelah pengeringan sampai proses pencetakan. Contoh : PVP, Mucilago amyli, gelatin, HPC-SL.
Bahan penghancur adalah bahan yang digunakan untuk tujuan agar tablet dapat segera hancur bila kontak dengan air atau cairan lainnya. Contoh : Amylum kering, Eksplotab, Ac-Di-Sol.
Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk mendapatkan ukuran tablet yang sesuai dan mempermudah dalam proses pembuatan tablet. Biasanya jumlahnya paling banyak dibandingkan bahan yang lain. Contoh : Laktosa, Starch 1500, Maistarke, Avicel.
Bahan pelicin adalah bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tablet untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
  1. Memperbaiki aliran granul agar didapat bobot tablet yang seragam. Contoh : Talkum, Aerosil.
  2. Mencegah lekatnya masa siap cetak pada punch atau die, dalam hal ini lubrikan disebut antiadheren. Contoh : Mg stearat dan Talkum.
  3. Mempermudah pengeluaran tablet secara utuh dari cetakannya, dalam hal ini lubrikan disebut lubrikan sejati. Contoh : Mg stearat.

VI. Metode Pembuatan Tablet
Metode pembuatan tablet secara umum dibagi menjadi 3, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung.
1.        Granulasi basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas. Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering  ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka  massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Tahapan dari granulasi basah ini yaitu: Campur kering à Granulasi dengan penambahan larutan pengikat à Pengeringan à Pengayakan à Campur massa à Pencetakan.
Keuntungan dari metode granulasi basah, yaitu: memperoleh aliran yang baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan, dan meningkatkan kecepatan disolusi.
Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu: banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dapat menggunakan pelarut non air.
2.        Granulasi kering
Granulasi kering sering disebut juga dengan slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat  melalui gaya.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Tahapan dari granulasi kering ini yaitu: Campur kering à Pencetakan menjadi slug à Pengayakan à Campur massa à Pencetakan.
Keuntungan dari metode granulasi kering, yaitu: Peralatan yang digunakan lebih sedikit, baik untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban, dan mempercepat waktu hancur.
Kekurangan dari metode granulasi kering, yaitu: memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug, tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam, dan proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
3.        Kempa langsung
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah zat aktif yang sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat aktif dengan eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik kemudian dicetak.
Tahapan dari kempa langsung cukuplah singkat yaitu: Campur massa à Pencetakan.
Keuntungan dari metode kempa langsung, yaitu: lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit, prosesnya lebih singkat sehingga tidak memakan waktu, tenaga, dan mesin yang banyak, dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban, serta waktu hancur dan disolusinya lebih baik.
Kerugian dari metode kempa langsung, yaitu: perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet, zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung, dan sulit dalam pemilihan eksipien.